Sataruddin Ramli lahir di Tambelan Kecamatan Tambelan Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau (kepri) pada 21 September 1948. Pria yang pernah kuliah di fakultas ekonomi Universitas Tanjungpura Pontianak ini sangat menggeluti dunia seni. Berbagai kegiatan kesastraan, baik di dalam maupun di luar negeri pernah diikuti pria pensiunan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (disbudpar) Mempawah periode 2001 sampai 2005. Kegiatan kesastraaan yang pernah diikutinya antara lain, pembicara dalam acara sastra dan budaya di UNTAN Pontianak pada tahun 1992 dan moderator seminar pembinaan pengembangan kesenian daerah se-Kalbar di Pontianak pada 1998. Lalu, pria yang pernah menjadi wartawan sejak 1972 sampai 1975 ini juga pernah mengikuti festival teater rakyat se-Kalbar selama 7 tahun berturut-turut sejak tahun 1980.

Anak dari pasangan Ramli (alm.) dan Kalsum (alm.) ini memiliki dedikasi yang sangat tinggi di dunia seni. Hal ini dapat dilihat dari hasil karyanya yang sering dipentaskan berupa drama anak-anak dan juga pementasan teater. Bapak tujuh orang anak ini tidak hanya menulis naskah, tetapi juga menulis puisi, salah satunya di dalam antologi puisi yang berjudul Jepin Kapuas Rindu Puisi, yang ditulis pada 2000.

Sataruddin Ramli yang pernah mengajar di SD Santu Petrus Pontianak aktif menjadi pembicara maupun moderator dalam diskusi-diskusi budaya. Ia juga pernah mengisi acara sastra atau puisi di RRI Pontianak. Sebagai orang yang bergelut di bidang teater, ia pun tidak ketinggalan menggarap naskah sandiwara radio di RRI Pontianak, seperti naskah berjudul Airmata di Pusara Ibu pada 1974. Banyak naskah teater yang lahir dari pemikiran-pemikirannya. Pria berzodiak virgo ini menulis naskah sejak 1972. Naskah pertama yang ia tulis adalah cerita anak-anak yang diangkat dalam bentuk drama anak-anak, yaitu Cinderella karya HC. Anderson. Sedangkan, naskah mutakhir yang ia tulis berjudul Robo-Robo pada 2005.

Pria yang tinggal di gang muria no. 6 Pontianak ini pun pernah beberapa kali menjabat sebagai ketua organisasi dalam bidang kesenian. Contohnya, ketua sanggar seni budaya periode 1979 sampai dengan 1990 dan ketua komite teater BKKNI Kalbar periode 1988 sampai dengan 1993. Tidak hanya itu, Sataruddin Ramli juga pernah beberapa kali mendapatkan piagam penghargaaan, antara lain piagam lomba karya tulis LKMD Mendagri pada 1992 dan piagam pekan teater tingkat nasional Dirjen Kebudayaan pada tahun 1986.

Ketua sanggar seni budaya periode 1979-1990 ini menikah dengan Kartini (Singkawang, 21 April 1960) pada 31 Mei 1981 di Kota Singkawang. Dari pernikahannya, ia memeroleh empat anak laki-laki dan tiga anak perempuan. Sara Januarti (Pontianak, 25 Januari 1982), Rahim Budiman (Singkawang, 24 Oktober 1982). Anak ketiga, keempat, kelima, keenam dan ketujuhnya lahir di Pontianak, yaitu Suri Hartanti (Pontianak, 30 Desember 1983), Sari Maulita (Pontianak, 8 Desember 1984), Iman Prasetia (Pontianak, 8 Februari 1988), Firman Nurhaq (Pontianak, 2 September 1990), dan Hikmah Nurzaman(Pontianak, 31 Januari 1994).

Sataruddin Ramli menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 6 Tambelan selama enam tahun, lulus pada 1963 dan pendidikan pertama di SMP Negeri Tambelan selama tiga tahun, lulus pada 1966. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan menengah atas di SMEA Negeri Pontianak, lulus pada 1969. Pria dengan tinggi 172 cm dan berat 70 kg ini juga sempat kuliah di fakultas ekonomi Universitas Tanjungpura Pontianak, namun tidak selesai.
Dalam berorganisasi, Sataruddin Ramli pernah beberapa kali menduduki jabatan penting, antara lain Ketua Komite Senbudsast KNPI Kalbar periode 1983-1986, Ketua Komite Teater BKKNI Kalbar periode 1988-1993, dan Sekretaris Bidang Penelitian Budaya Melayu MABMKB periode 1998-2007. Ia masih memegang tiga jabatan lainnya yang masih dijalaninya hingga saat ini, yaitu Ketua Komite Sastra, Budaya, dan Teater Dewan Kesenian Kalbar sejak 1994, Ketua Teater Mendu sejak 1979, dan Ketua Bidang Penggalian Pengembangan Budaya Melayu MABMKB periode 2007 sampai 2012.

Pria yang tinggal di gang muria no. 6 Pontianak ini pun pernah beberapa kali mendapatkan piagam penghargaan, antara lain Piagam Tenaga Teknis Bidang Seni Teater Ditjen Budaya (1982), Piagam Seni Pertunjukan Tingkat Nasional Ditjenbud (1983), Piagam Teater Rakyat Kanwil Diknas Kalbar (1984), Piagam Lakon Terbaik Festival Teater Tingkat Nasional (1986), Piagam Karya Tulis HUT KORPRI XX (1991), Piagam Penghargaan Bupati Sambas Tim Kesenian Daerah (1994), dan Piagam Penghargaan Dialog Kesenian Balai Kajian (2005). Itu hanyalah sebagian kecil dari piagam penghargaan yang pernah diperoleh oleh Sataruddin Ramli.
Tulisan naskah Sataruddin Ramli terbagi menjadi dua, naskah tradisional Mendu dan naskah modern. Naskah tradisional Mendu antara lain berjudul Menghadang Maut (1979), Panglima Upari Citra (1982), Cembol Hikmat (1981), Kembang-Kembang Harapan (1981), Ilham Maulana Permata Dewi (1982), Putri Kenanga (1983), Putri Seruas Tebu (1984), Nek Kebayan (1984), Ajaib (1998), Tongkat Sakti (1983), Buluh Perindu (1984), Bunga Kenanga (1985), dan Cempaka Putih (1986). Karena sering menulis dan mementaskan teater Mendu, ia dijuluki Udin Mendu.

Naskah modern antara lain berjudul Citra (1982), Angan-Angan Sepanjang Usia (1982), Kera Putih (1990), Satu Atau Seribu (1983), Dari Kota (1993), Bayang-Bayang Dialog (1985), Dara Nante (1985), Pahlawan Adi Wijaya (1986), Bujang Nadi Dare Nandung (1994), Rahasia Ruang sempit (1996), Bayang-Bayang (1998), Tuk Petala Gupu (1996), dan Robo-Robo (2005)

Sataruddin Ramli juga menulis naskah untuk acara TVRI, antara lain berjudul Utin Candramidi (1983), Mak Yong (1988), Jendela Rumah Kita (1988), dan Sepanjang Jalan (1994). Naskah Jendela Rumah Kita ditayangkan di TVRI pada era 80-an. Naskah lain yang pernah ditulisnya adalah Datuk Panglima (Teater Bangsawan, 1984) dan Putri Salju (Drama Anak-Anak, 1982). Sedangkan, puisinya yang dimuat di dalam antologi Jepin Kapuas Rindu Puisi pada 2000, berjudul Kundang Bulan Kundang Matahari, Wisuda, Kemarau Panjang Tahun Ini, Pinta seorang Ayah kepada Anak-Anaknya, dan Dialog Tengah Malam.

Sejak tahun 1980, Sataruddin Ramli sering diminta menjadi tim penilai (juri) dalam berbagai kegiatan Festival atau Lomba Seni Budaya, seperti Lomba Teater, Puisi, Syair, dan Pantun. Pada 25 sampai dengan 29 April 2008, ia dipercaya menjadi juri Peraduan Pantun Serumpun se-Asia Tenggara di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta oleh Yayasan Panggung Melayu (YPM) Jakarta.

Satarudin Ramli sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dinas Perhubungan Kalimantan Barat pada 1975 sampai 2000 pernah menjabat sebagai Ka Humas, bagian rumah tangga dan perlengkapan bagian Tata Usaha, sebelum pindah di Dinas Pariwisata Budaya Pemuda dan Olah Raga (Parbudpora).

3 thoughts on “Sataruddin Ramli”
  1. Upaya Beliau tak sia-sia. Sebelum napas berhenti Beliau sempat menghidupkan mendu yang bagai kerakap tumbuh di batu. Semoga engkau dirahmati Allah.

  2. Betul apa yang dikatakan mba Bella beliau sempat menghidupkan mendu yang ada di Kalimantan Barat. Pementasan mendu yang terakhir kali disutradarainya tampil di rumah melayu acara Melayu Gemilang.

    Saya sangat senang membaca biografi tokoh yang ada di laman ini. Semoga balai bahasa terus menampilkan tokoh-tokoh kalbar yang berkaitan dengan bahasa dan sastra.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *